“perjuangan”
Disusun
Nama : Bolas silalahi
Nis : 4277
Kelas :xi ia 1
SMA NEGERI 2 BALIGE
TOBASA
SUMATERA UTARA
2012
I. Identitas Buku
Judul
Buku :
Kalah Dan Menang
Penulis :
Sutan Takdir Alisjahbana
Bahasa :
Indonesia
Penerbit :
Dian Rakyat
Dicetak
Oleh :
PT. Dian Rakyat
ISBN :
979- 523- 055- 7
Cetakan
Pertama Tahun : 1978
Jumlah
Halaman : 530
Harga :
Rp. 11.000,-
Setting :
Indonesia
Tokoh :
Elizabeth Hauser,Dirk Schoonveld, Hidayat, Katsuhito
Okura,
Lien
II. Riwayat Kepengarangan
Sutan Takdir Alisjahbana (STA) lahir tahun 1908. Beliau menamatkan
HKS di Bandung (1928), meraih Mr. dari Sekolah Tinggi di Jakarta (1942), dan
menerima Dr. Honoris Causa dari UI (1979) dan Universiti Sains, Penang,
Malaysia (1987). Diberi nama Takdir karena jari tangannya hanya ada 4.
Pernah
menjadi redaktur Panji Pustaka dan Balai Pustaka (19301933),
kemudian
mendirikan dan memimpin majalah Pujangga Baru (1933-1942 dan 1948-1953),
Pembina Bahasa Indonesia (1947-1952), dan Konfrontasi (1954-1962). Pernah
menjadi guru HKS di Palembang (1928-1929), dosen Bahasa Indonesia, Sejarah, dan
Kebudayaan di UI (1946-1948), guru besar Bahasa Indonesia, Filsafat
Kesusastraan dan Kebudayaan di Universitas Nasional, Jakarta (1950-1958), guru
besar Tata Bahasa Indonesia di Universitas Andalas, Padang (1956-1958), dan
guru besar & Ketua Departemen Studi Melayu Universitas Malaya, Kuala Lumpur
(1963-1968).
Karya-karya
yang pernah beliau tulis antara lain Layar Terkembang (1975), Tak
Putus Dirundung Malang (1989), Dian Yang Tak Kunjung Padam (1989), Anak
Perawan Di Sarang Penyamun (1989), Grotta Azzura: Kisah Cinta
dan Cita (1989).
III. Sinopsis
Kalah
dan Menang, adalah sebuah novel berlatar belakang sejarah yang sangat menarik
untuk dibaca, terutama bagi mereka yang merupakan penggemar roman sejarah.
Novel yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1978 ini memiliki jalan cerita
yang kuat, sangat jelas mendeskripsikan berbagai macam perasaan tokoh-tokoh
ketika mereka harus menghadapi berbagai macam perubahan sosial yang terjadi
pada masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945).
Secara
umumnya, novel ini memusatkan ceritanya kepada berbagai macam tokoh yang harus
terlibat dalam suatu perubahan psikologis sosial yang terjadi secara tiba-tiba
ketika pasukan Jepang berhasil mengusir Belanda di Indonesia, dan menduduki
negeri ini selama kurang lebih 3 setengah tahun semasa Perang Dunia II.
Tokoh-tokoh
yang diceritakan oleh STA termasuk banyak, dan percakapan yang terjadi diantara
tokoh-tokohnya memberikan penjelasan mengenai berbagai macam hal yang menjadi
inti dari cerita novel ini. Selain itu, STA seakan-akan ingin memecah-mecah
cerita tersebut menjadi banyak kepingan cerita, namun pada akhirnya tetap
berhubungan satu sama lainnya. Sehingga kita seakan-akan dibawa untuk menyusun
puzzle yang berserakan, dimana tiap karakter masing-masing menyimpang kepingan
tersebut dan akhirnya bertemu pada satu benang merah yang sama. Beberapa tokoh
tersebut diantaranya adalah Elizabeth, nyonya dari Swiss yang harus menampung
seorang opsir muda bernama Katsuhiko di rumahnya. Ada pula Hidayat, seorang
pemuda Indonesia yang telah terkontaminasi oleh Westernisasi dan
harus masuk penjara akibat tindakannya menentang pendudukan Jepang. Kemudian,
ada pula
seorang Lien, seorang janda Indo-Eropa, yang memiliki hubungan romantik dengan
seorang pedagang Jepang. Selain itu masih ada pula tokoh-tokoh lainnya, yang
meskipun tidak menjadi sosok yang vital dalam alur cerita, namun memberikan
kepingan-kepingannya tersendiri bagi keseluruhan cerita novel ini.
Hal yang sangat menarik untuk diketahui dari novel ini adalah begitu dominannya percakapan-percakapan panjang diantara para tokoh-tokohnya, yang merupakan ciri khas dari keseluruhan novel STA selama ini. Misalnya saja, percakapan yang terjadi antara Elizabeth dan Katsuhiko seputar perbedaan pandangan mengenai jalan hidup Jepang dan orang-orang Barat. percakapan Hidayat dengan para kompatriotnya dalam memandang pendudukan Jepang dan akibatnya bagi masa depan Indonesia, dan masih banyak lainnya. Dari percakapan-percakapan tersebut kita pada akhirnya menjadi tahu mengenai karakteristik tokoh-tokohnya yang memang menjadi pusat cerita dari novel ini, dengan tidak mengecilkan alur cerita secara keseluruhan. Dengan begitu, kita bisa mengetahui berbagai macam hal yang menjadi alasan mengapa Jepang memulai Perang Dunia II dan memberangus koloni-koloni Eropa di Asia Tenggara melalui penuturan tokoh-tokohnya.
Hal yang sangat menarik untuk diketahui dari novel ini adalah begitu dominannya percakapan-percakapan panjang diantara para tokoh-tokohnya, yang merupakan ciri khas dari keseluruhan novel STA selama ini. Misalnya saja, percakapan yang terjadi antara Elizabeth dan Katsuhiko seputar perbedaan pandangan mengenai jalan hidup Jepang dan orang-orang Barat. percakapan Hidayat dengan para kompatriotnya dalam memandang pendudukan Jepang dan akibatnya bagi masa depan Indonesia, dan masih banyak lainnya. Dari percakapan-percakapan tersebut kita pada akhirnya menjadi tahu mengenai karakteristik tokoh-tokohnya yang memang menjadi pusat cerita dari novel ini, dengan tidak mengecilkan alur cerita secara keseluruhan. Dengan begitu, kita bisa mengetahui berbagai macam hal yang menjadi alasan mengapa Jepang memulai Perang Dunia II dan memberangus koloni-koloni Eropa di Asia Tenggara melalui penuturan tokoh-tokohnya.
IV. Keunggulan dan kelemahan buku
Keunggulan
:
Salah satu keunggulan buku ini terdapat pada alur psikologis yang
ditawarkan sebegitu kuatnya dan dialog-dialog yang agak berfilsafat menjadikan
buku ini sangat menarik untuk dibaca terutama bagi mereka yang menyukai cerita
yang pada akhirnya bisa membuat pembacanya merenung dan menghayati kondisi
aktual ketika Jepang menduduki Indonesia pada Perang Dunia II dan problematika
umum yang terjadi di dalamnya.
Desain sampulnya juga sesuai dengan isi buku. Di sampul, latar
yang digunakan yaitu awan gelap pada sore hari dan dibawahnya terdapat samurai
yang patah di atas bendera Jepang. Dan isinya juga tentang perjuangan Indonesia
merebut kemerdekaan dari Negara Jepang
Kekurangan:
Salah satu kekurangan dari novel ini adalah, begitu minimnya
klimaks yang terjadi sehingga alur ceritanya terasa kurang menyentil bagi
mereka yang membacanya. Alur yang terjadi cenderung datar-datar saja meskipun
selalu ada hal yang baru dan menarik dalam setiap bab-nya. Selain itu, bagi
mereka yang kurang menyukai roman-roman sejarah dengan dominannya dialog-dialog
yang sangat intens dan konflik batin diantara para tokoh-tokohnya, mungkin akan
menganggap novel ini cenderung membosankan dan tidak menarik.
V. Gaya Bahasa yang Digunakan
Gaya
bahasa yang digunakan oleh penulis dapat dikatakan bahasa yang mudah dipahami
dan dimengerti, karena bahasanya tidak banyak mengandung kata-kata serapan atau
kata-kata asing. Bahasanya juga banyak mengandung kata-kata filsafat, yang
membuat pembaca lebih tertarik untuk membaca novel ini terutama mereka yang
suka dengan cerita yang dapat membuat mereka merenung dan menghayati kondisi
yang terjadi dalam cerita.
Penulis
membuat banyak percakapan yang menjelaskan tentang inti dari buku ini, yang
seakan-akan, penulis ingin memecah cerita menjadi beberapa bagian. Akan tetapi
pada akhirnya semua keping-keping cerita menjadi satu inti saja.
VI. Kesimpulan
Saya
berharap agar setiap orang yang membaca resensi ini termotivasi untuk membaca
novelnya, karena selain dapat menambah ilmu pengetahuan yaitu tentang
perjuangan Rakyat Indonesia merebut kemerdekaan dari Bangsa Jepang, juga dapat
menumbuhkan rasa patriotisme dan rasa nasionalisme yang tinggi di hati
masing-masing pembaca. Agar kita bertekad untuk melanjutkan perjuangan para
pahlawan kita yang telah gugur dalam merebut kemerdekaan, dengan cara belajar
dengan sungguh-sungguh dan menghargai setiap usaha yang telah dilakukan oleh
para pendahulu kita.
Hanya
dengan mengeluarkan uang sebesar Rp. 11.000,-, kita sudah dapat menikmati isi
dari buku yang sangat berharga ini.
Semoga
resensi novel “Kalah dan Menang” ini dapat menjadi sarana agar kita mau membaca
novelnya. Dan saya mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah
membaca resensi ini dan yang mau membaca novelnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar